Di tengah melemahnya kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, Kamis (19/10/2023), sejumlah bank di Indonesia telah menjual dolar di level Rp 16.000.
UOB Indonesia mematok level kurs dolar di angka Rp 16.195 per pukul 08.06 hari ini untuk harga jualnya, dan untuk harga beli di level Rp 15.405. Untuk kurs uang kertas, HSBC mematok harga dolar di level Rp 16.132 per tanggal 18 Oktober 2023 pukul 14.00, sedangkan harga beli Rp 15.328.
Sementara itu, untuk kurs transfer masih dipatok di level Rp 15.953 untuk harga jual, dan harga belinya di angka Rp 15.503 per dolar AS. Bank lain, seperti BCA mematok harga jual dolar untuk e-rate di level Rp 15.860, TT Counter dan bank notes Rp 15.939. Sedangkan harga beli, masing-masing Rp 15.840 dan Rp 15.639.
Bank BNI menetapkan harga jual dolar untuk special rates di level Rp 15.858, TT Counter dan bank notes Rp 15.985. Sedangkan harga beli, masing-masing Rp 15.838 dan Rp 15.635. Bank Mandiri menawarkan untuk harga jual dolar untuk special rates di level Rp 15.800, TT Counter dan bank notes Rp 15.925. Sedangkan harga beli, masing-masing Rp 15.780 dan Rp 15.575.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka di angka 15.780/US$ atau melemah 0,28% terhadap dolar AS bahkan di tengah perdagangan sempat menembus level psikologis Rp15.800/US$. Posisi ini merupakan yang terparah sejak 9 April 2020.
Hari ini, rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada saat selisih antara US Treasury dan SBN semakin menipis dan keputusan Bank Indonesia (BI) perihal suku bunga. BI dijadwalkan mengumumkan kebijakan suku bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo Rate.
“Saat ini, likuiditas valuta asing domestik semakin ketat tidak hanya karena kenaikan suku bunga yang agresif oleh bank-bank sentral utama, namun juga karena defisit transaksi berjalan dan keuangan Indonesia pada kuartal kedua tahun 2023, yang merupakan defisit bersamaan pertama sejak kuartal kedua tahun 2020,” kata Kepala Ekonom PT Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro, Kamis (19/10/2023).
Satria menuturkan nilai tukar rupiah terus melemah terhadap dolar menandakan masih adanya kesenjangan pasokan dan permintaan dolar AS, sehingga perekonomian berisiko mengalami “defisit likuiditas ganda” yang disebabkan oleh kontraksi jumlah uang beredar dolar dan rupiah.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Edi Susianto menegaskan bank sentral selalu ada di pasar. Dia juga memastikan bahwa likuiditas dolar AS tetap aman, seiring dengan adanya pasokan dari eksportir. “Kami selalu berada di pasar. Supply dari eksportir masih terjadi,” kata Edi.