Pembuangan limbah nuklir ini dikecam banyak pihak buntut kandungan tritium yang dikhawatirkan berbahaya bagi ekosistem laut. Para nelayan lokal menentang keras rencana awal pembuangan ini karena takut hasil lautnya terdampak sehingga memengaruhi penjualan.
Sejumlah negara, terutama China, juga mengecam keras karena was-was dampak buruk tritium bagi kesehatan warga mereka.
Terkait fakta fakta kasus ini , berikut rangkumannya:
Kantongi izin
Asosiasi Energi Atom Internasional (International Atomic Energy Association/IAEA) telah memberikan izin bagi Jepang untuk membuang limbah nuklir Fukushima di Samudra Pasifik.
ADVERTISEMENT
IAEA menilai limbah dengan kandungan tritium itu tidak menyebabkan kerusakan signifikan terhadap lingkungan karena telah memenuhi standar internasional.
Operator pabrik Tokyo Electric Power (TEPCO) juga telah menerima izin untuk melakukan pembuangan pada 7 Juli lalu dari regulator nuklir Jepang.
TEPCO sendiri mengklaim air limbah yang bakal dibuang telah diencerkan dan disaring untuk membuang semua zat radioaktif kecuali tritium, yang kadarnya jauh di bawah batas berbahaya.
Berlangsung puluhan tahun
TEPCO memperkirakan proses pembuangan limbah nuklir lebih dari 1,3 juta ton metrik ini bakal memakan waktu puluhan tahun.
Air limbah itu mula-mula bakal dilepaskan dalam porsi kecil dan dengan pemeriksaan ketat.
Debet pertama limbah yang akan dibuang sebesar 7.800 meter kubik, setara dengan sekitar tiga kolam renang Olimpiade air. Proses ini akan berlangsung selama sekitar 17 hari.
Diprotes sana sini
Sejak awal, China melayangkan protes keras terhadap rencana pembuangan limbah Fukushima Jepang.
Juru bicara administrasi keselamatan nuklir China menyebut langkah ini “egois dan tidak bertanggung jawab.”
Para pejabat China juga mengatakan tinjauan IAEA terbatas pada opsi pembuangan limbah ke Samudra Pasifik ketimbang mencari cara lain yang mungkin untuk membuang limbah.
Korea Selatan juga memprotes rencana ini. Ramai-ramai politikus, aktivis, hingga nelayan di Korsel menyerukan Presiden Yoon Suk Yeol menghentikan langkah Tokyo.
Seiring dengan ini, warga Korsel berbondong-bondong memborong garam laut karena takut tercemar limbah. Akibatnya, harga garam melambung tajam di negara itu.
Seoul sendiri secara resmi menyatakan tak menemukan masalah pada aspek ilmiah dan teknis dari pembuangan limbah tersebut.
Kelompok nelayan di Jepang juga terang-terangan menolak rencana ini. Mereka khawatir pembuangan limbah bakal merusak reputasi dan dagangan mereka, termasuk karena pembatasan ekspor ke pasar-pasar utama Beijing.
Negara-negara tolak seafood Jepang
China, Hong Kong, dan Makau kompak menyatakan tak mau menerima makanan laut dari Jepang terutama dari Ibu Kota Tokyo dan Fukushima.
Lebih spesifik, China juga bakal melakukan tes radiasi ketat terhadap impor makanan dari seluruh Jepang.
Sementara Badan perikanan Jepang sendiri mengklaim tidak menemukan ikan yang mengandung tingkat isotop radioaktif tritium di perairan sekitar PLTN Fukushima.
Warga Jepang diteror China
Pada hari pembuangan limbah nuklir, warga Jepang ramai-ramai mendapat teror telepon yang diyakini dari China.
Kepala Sekretaris Kabinet Hirokazu Matsuno mengatakan warganya banyak menerima panggilan “pelecehan” yang diyakini dari rakyat Beijing.
“Banyak panggilan telepon pelecehan yang diyakini berasal dari China terjadi di Jepang. Perkembangan ini sangat disesalkan dan kami prihatin,” kata Matsuno yang juga juru bicara pemerintah dalam konferensi pers, seperti dikutip Reuters, Senin 28/8/2023.
Panggilan-panggilan teror itu juga terjadi di Balai Kota Fukushima, hotel, hingga restoran Jepang. Bahkan, sekolah Jepang di Kota Qingdao, China, sampai-sampai dilempari batu.